Ya Allah, janganlah Engkau jadikan kami sebagai orang yang menipu diri sendiri, jangan jadikan kami sebagai orang-orang yang rakus dengan dunia, jangan kau jadikan segala kenikmatan menjadi pemberat langkah kami untuk menuju jalanMu. Jadikan kami sebagai orang-orang yang kau selamatkan dari tipu daya dunia. Jauhkanlah kami dari kemalasan, kebakhilan, kesombongan, ujub, riya’, sum’ah, ketakutan, kongkongan hutang dan finah manusia. Jadikan kami kuat di hadapan manusia, walau kami tahu lemahnya kami di hadapanMu

Wednesday, January 19, 2011

Pelajaran di Jalan Dakwah

Assalamualaikum warahmatullah dan salam sejahtera,

Bagi saudara-saudara kita di jalan dakwah, marilah kita mengambil pelajaran dari catatan kecil dari perjalanan panjang kita agar kita lebih merasakan kesyukuran dan ketundukan kepada Allah swt di atas kurniaanNya kepada kita yang berada dalam kebersamaan ini.

Berbahagialah dan berbanggalah kerana Allah telah memilih kita berada di jalan ini. Allah swt telah memberi keistimewaan kepada kita ketika kita menerima nikmat hidup berjamaah dan ini adalah kurniaan yang terbaik yang kita terima setelah kurniaan keimanan kepada Allah swt.

Kurniaan yang kita perolehi bukan kerana nasab, status, harta mahupun ilmu tetapi ia adalah semata-mata kurniaan dari Allah swt Yang Maha Pemurah, yang menuntun langkah kita hingga sampai :

  1. Di sini.
  2. Di jalan ini.
  3. Pada saat ini.

Allah swt berfirman :

“ Dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya.” (QS Ali Imran : 103)

Nikmat ini tidak boleh :

  1. Direndahkan.
  2. Diremehkan.
  3. Dipermainkan.

Kita mesti menjaga dan memelihara nikmat yang teramat agung ini dan kita wajib merasa khuatir andaikata nikmat itu hilang.

“Ya Tuhan kami, jangan Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami dan kurniakanalah kepada kami rahmat di sisi Engkau, kerana sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (kurnia). “ (QS Ali Imran : 8)

DARI SINI KITA BERMULA

Jalan Dakwah mengajarkan bahwa kita sememangnya memerlukan dakwah. Kebersamaan dengan saudara-saudara kita di jalan ini semakin menegaskan bahwa kita mesti hidup bersama mereka di jalan ini agar berhasil dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.

KEPERLUAN BERADA DI JALAN INI

Kita ingin menjadi seperti para pendahulu kita di jalan ini yang telah banyak memperolehi pahala dan keridhaan Allah kerana peranan-peranan dakwah mereka dan oleh kerana itulah, kita memang sangat memerlukan jalan ini sebagai penyokong kebahagiaan kita di dunia dan di akhirat.

Tidak hairan jika para penyeru kebaikan menjadi sebab turunnya limpahan rahmat dan kasih sayang Allah swt. Tidak ada makhluk Allah yang mendapat dukungan dan doa seluruh makhlukNya kecuali mereka yang melakukan usaha dakwah dan perbaikan.

Ini jelas, sebagaimana sabda Rasululllah saw :

“Sesungguhnya Allah, para malaikat, semut yang ada di dalam lubangnya, bahkan ikan yang ada di lautan akan berdoa untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia. “ (HR Tirmizi)

Allah swt menjelaskan tiga kelompok manusia dalam persoalan ini.

Pertama : Kelompok penyeru dakwah yang soleh.

Kedua : Kelompok solehin tapi tidak menyerukan dakwah.

Ketiga : Kelompok yang mengingkari dakwah.

Allah swt berfirman :

“ Dan (ingatlah) ketika suatu kaum di antara mereka berkata: “ Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?” Mereka menjawab: “ Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertaqwa. “ Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka. Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. “ (QS Al A’raf : 164-165)

Nas Al-Qur’an di atas merupakan peringatan bagi kita bahwa meninggalkan peranan dakwah tidak pernah diterima walau apapun alasannya bahkan boleh jadi sikap tersebut boleh mengundang kemarahan Allah swt.

Ada pula hadits Rasulullah saw yang lainnya di mana Abu Bakar ra mengatakan :

“Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw bersabda : “ Sesungguhnya manusia jika mereka melihat kemungkaran dan mereka tidak merubahnya, dikhuatirkan mereka akan diratakan oleh Allah swt dengan azabNya”. (HR Ahmad dan Abu Daud)

SAHABAT-SAHABAT PILIHAN

Pastikan bahwa sahabat yang menemani kita dalam perjalanan ini adalah orang yang boleh membantu kita :

  1. Dalam melaksanakan prinsip agama.
  2. Mengingatkan kita tatkala lupa.
  3. Dalam memberi dorongan ketika kita tersedar.

Imam Al Ghazali menyebutkan dalam Ihya’Ulumiddin :

“Sesungguhnya seseorang itu tergantung kepada agama temannya dan seseorang itu tidak dikenal kecuali dengan melihat siapa temannya….”
KITA DAN AMAL KOLEKTIF

Realiti yang kita lihat sendiri bahwa manusia cenderung akan menjadi lemah ketika bekerja seorang diri dan sebaliknya akan menjadi kuat dan berdaya maju ketika ia besama-sama dengan orang lain.

Ada juga realiti lain bahwa sesiapapun yang berusaha mewujudkan sesuatu, meskipun mereka telah ikhlas dalam melakukannya, tetapi tidak akan banyak memberi pengaruh untuk mewujudkan keadaan yang diinginkan jika ia melakukannya bersendirian kerana kesendiriannya itu menyebabkan usaha yang mereka lakukan menjadi lemah dan sedikit kesannya.

Bekerja untuk Islam secara mutlaknya memerlukan :

  1. Sebuah organisasi.
  2. Pimpinan yang bertanggung jawab.
  3. Pasukan dan anggota yang taat.
  4. Peraturan dasar yang mengikat dan mengurus hubungan antara pimpinan dan anggota.
  5. Batas-batas tangung jawab dan kewajiban.
  6. Usaha bagi menjelaskan tujuan dan wasilah serta semua yang diperlukan oleh suatu aktiviti dakwah dalam merealisasikan tujuannya.

Dalam kebersamaan itulah kita semua menempuh jalan dakwah ini.

PERJALANAN INI MEMERLUKAN PEMIMPIN

Sebaik-baiknya suatu perjalanan itu hendaklah dipimpin oleh orang yang :

  1. Paling baik akhlaknya.
  2. Paling lembut dengan sahabat-sahabatnya.
  3. Paling mudah terketuk hatinya.
  4. Paling mungkin dimintakan persetujuannya untuk urusan yang penting.

Seorang pemimpin diperlukan kerana pandangannya yang bervariasi untuk menentukan arah perjalanan dan kemaslahatan perjalanan. Tidak ada peraturan tanpa kesatuan pengaturan. Alam ini menjadi teratur kerana Pengatur Alam Semesta ini adalah satu.

Kita mesti mempercayai bahwa para pemimpin itu sebagai pemandu perjalanan kita. Maka, setelah proses syura selesai, walau apapun keputusannya, itulah yang akan kita pegang untuk dilaksanakan. Kita juga mesti yakin bahwa keputusan syura itu tidak pernah keliru dan keputusan itu sebenarnya bersifat ‘Mulzim’ (Mengikat).

Meskipun ada kemungkinan bahwa akibat dari pelaksanaan satu keputusan syura akan menghadirkan satu situasi yang tidak memenuhi maslahah yang diingini tetapi sebuah keputusan yang berlandaskan syura tidak pernah salah.

Inilah yang pernah juga disampaikan kepada kita oleh Ustaz Sa’id Hawa rahimahullah, bahwa hasil syura tidak pernah salah kerana mekanisma itulah yang diajarkan oleh Islam untuk menentukan langkah yang dianggap paling benar. Meskipun pada akhirnya, keputusan itu ternyata tidak memberikan kesudahan seperti yang diharapkan, maka proses syura itu jugalah yang akan melihat dan menilai kembali segala kekeliruan yang berlaku sebelumnya.

JALAN DAKWAH ADALAH GAMBARAN PERJALANAN YANG SEBENAR

Kebersamaan kita di jalan ini bukannya tanpa perselisihan. Boleh jadi ada di antara kita yang mengalami kerenggangan hubungan disebabkan oleh beberapa perkara padahal, keharusan kita untuk bersama dan kemungkinan kita berselisih, adalah dua kutub yang saling berlawanan.

Kebersamaan memerlukan :

  1. Kesepakatan.
  2. Kerjasama.
  3. Kesesuaian.
  4. Kedekatan.
  5. Keakraban.

Sementara perselisihan pula boleh menimbulkan :

  1. Kerenggangan.
  2. Ketidaksukaan.
  3. Kebencian.
  4. Keterpisahan.

CIRI-CIRI PENEMPUH JALAN

Ada tiga jenis kelompok yang menempuh perjalanan ini :

  1. Kelompok ‘Zaalimun Li Nafsihi’ di mana mereka adalah orang-orang yang lalai dalam memepersiapkan bekalan perjalanan. Mereka enggan untuk mengumpulkan apa-apa yang membuatkan mereka sampai kepada tujuan.
  1. Kelompok ‘Muqtashid’ di mana mereka adalah golongan yang mengambil bekalan sekadarnya sahaja untuk mampu sampai ke tujuan perjalanan. Mereka tidak begitu menghiraukan bekalan apakah yang seharusnya mereka bawa dan miliki jika ternyata mereka akan menghadapi situasi tertentu yang menyukarkan perjalanannya.
  1. Kelompok ‘Saabiqun Bil Khairaat’ yakni orang-orang yang obsesinya adalah untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Mereka membawa bekalan dan barang dagangan yang melebihi dari yang secukupnya kerana mereka tahu hal itu akan memberi keuntungan besar baginya. Selain itu mereka juga tahu bahwa di tengah-tengah perjalanan ini, berkemungkinan besar mereka akan mengalami situasi sulit yang sangat memerlukan bekalan tambahan.

Begitu pentingnya bekalan ketaqwaan yang erat kaitannya dengan modal ruhiyah kita di jalan ini, maka setiap kali ketaqwaan kita mulai lemah, pada ketika itu kekuatan dakwah kita menurun.

Ketika tingkatan ketaqwaan kita berkurang dari yang semestinya, ketika itulah kita mengalami situasi futur (kelemahan) untuk meneruskan perjalanan ini. Begitulah pelajaran yang kita temui dalam diri kita dan juga saudara-saudara kita di jalan ini.

MENJADI BATU BATA DALAM BANGUNAN INI

Kebersamaan kita di jalan ini adalah kerana kehendak kita untuk mengambil bahagian dalam bangunan besar ini. Maka, sebagaimana proses membangun sebuah bangunan pada umumnya, tukang batu pasti akan memilih-milih batu bata manakah yang akan ia tempatkan pada bangunannya.

SUASANA DALAM MEMBANGUNKAN KEBERSAMAAN

Tidak semua batu bata diletakkan pada posisi yang tinggi dan tidak juga perlu semuanya ada di bawah bahkan kadang-kadang si tukang batu akan memotong batu bata tertentu jika diperlukan untuk menutup posisi batu bata yang masih kosong bagi melengkapi bangunannya.

BATU BATA YANG UNIK DAN KHAS DI JALAN INI

Para sahabat dan salafus soleh menerima dan mengejar kekhususan itu agar mereka memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah swt. Di jalan dakwah ini, kita memiliki saluran yang amat banyak untuk mewujudkan kekhususan yang kita miliki dengan memberi sumbangan di jalan ini.

Kita memetik hikmah dari perjalanan mereka dan kita berharap semoga jalan dakwah ini mampu memproses diri kita hingga kita memiliki amal-amal yang unggul yang menjadi keistimewaan kita di sisi Allah swt melalui jalan ini.

SIKAP MENOLONG BUKAN MEMINTA UNTUK DITOLONG

Sesungguhnya di jalan inilah kita semakin mendalami makna kehidupan yang bersumber dari kemanfaatan kepada orang lain.

Kehidupan seseorang menjadi lebih berharga ketika ia mempunyai saham dan peranan bagi orang lain manakala kehidupan akan menjadi miskin makna dan rendah nilainya ketika ianya hanya banyak bermanfaat bagi lingkungan peribadinya semata-mata.

Dengan falsfah inilah yang menyebabkan kita menikmati kesibukan berfikir dan melakukan banyak aktiviti dakwah di antara kesibukan lain yang menyertai kita. Di sini, kita lebih merasakan pengaruh firman Allah swt :

“Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia (Allah) menolong kamu dan mengukuhkan kaki-kaki kamu.” (QS Muhammad : 9)

KEBERSAMAAN KITA TERIKAT DENGAN LIMA PERKARA

PERTAMA : ‘Rabithatu al ‘aqidah’ (Ikatan Aqidah).

Tali ikatan aqidah Islamiyahlah yang menyatukan kita dengan jalan ini dan kesamaan imanlah yang menghimpun dan mengikat kita bersama dengan saudara-saudara kita di sini.

KEDUA : ‘Rabithatu al fikrah’ (ikatan pemikiran).

Sejak dari awal kebersamaan kita di jalan ini memang dibangunkan oleh kesamaan cita-cita dan pemikiran. Kita disatukan oleh kesamaan :

  1. Idea.
  2. Gagasan.
  3. Keinginan.
  4. Cita-cita hidup.

di mana kita semua yakini merupakan wasilah yang akan menyampaikan kita kepada keridhaan Allah swt.

KETIGA : ‘Rabithatu al ukhuwwah.’ (ikatan persaudaraan).

Tidak ada yang melebihi warna jiwa kita setelah keimanan kepada Allah kecuali suasana persaudaraan kerana Allah swt di jalan ini. Kita di jalan ini terikat dengan ruh persaudaraan yang tulus yang tersemai melalui kebersamaan kita berjalan dan memenuhi banyak tugas-tugas dakwah yang kita jalani.

Kita berharap, persaudaraan kita di jalan ini adalah seperti yang digambarkan oleh Rasulullah saw tentang golongan orang-orang yang dinaungi Allah di hari kiamat di mana salah satu golongan itu adalah : Orang yang saling bercinta kerana Allah, bertemu kerana Allah dan berpisah kerana Allah swt.

KEEMPAT : ‘Rabithatu at tanzhim.’ (ikatan organisasi).

Perancangan dan teraturnya langkah-langkah kita di jalan ini sudah tentu menandakan kita mesti pula memiliki sebuah organisasi yang mengatur gerakerja kita. Dalam organisasi dakwah ini, berlakulah ketentuan sebagaimana orang yang bekerja di dalam sebuah perusahaan dan seharusnya terikat dengan berbagai peraturan yang berjalan di dalamnya. Maka seperti itulah juga kebersamaan kita di jalan ini.

KELIMA : ‘Rabithatu al ‘ahd.’ (ikatan janji).

Di jalan ini, kita masing-masing telah mengikrarkan janji. Janji yang paling minima adalah janji yang tercetus dalam hati kita dan dalam diri kita sendiri kepada Allah swt di samping janji kepada saudara-saudara seperjalanan kita untuk tetap setia dan mendukung perjuangan ini. Kita sebenarnya terikat dengan dua jenis janji ini.

PERKARA YANG MELEMAHKAN IKATAN DALAM AMAL KOLEKTIF

Mengetahui sebab-sebab orang yang meninggalkan amal kolektif bukan suatu perkara yang mudah. Lebih-lebih lagi apabila mereka yang bersangkutan itu tidak berterus terang tentang latar belakang sikapnya. Perlu ada pendekatan yang bertahap dan bersungguh-sungguh hingga akhirnya boleh ditemui penyebabnya dan dicarikan jalan keluarnya.

Dalam perkara ini, tentu sahaja sikap berterus terang disertai kejujuran menjadi penting bagi kita dan saudara-saudara kita. Sesungguhnya kepercayaan antara kita akan semakin kuat terbentuk dengan adanya sikap berterus terang ini. Dari sikap ini, semua persoalan mampu dicari pangkal masalahnya dan jalan penyelesaiannya.

KEPERCAYAAN SEBAGAI MAHARNYA

Jika kesatuan barisan umat ini dibangunkan dengan :

  1. Mempersatukan keyakinan.
  2. Mempersatukan hati.
  3. Mempersatukan niat.
  4. Mempersatukan tujuan.
  5. Mempersatukan manhaj (jalan hidup) yang semuanya berpandukan kepada Al Qur’an dan As Sunnah.

Maka kebangkitan dan kemenangan umat Islam akan semakin dekat untuk kita raih.

PROMOSI PENEMPATAN DI JALAN DAKWAH

PERTAMA sekali, kita mesti bertanya lebih dahulu kepada diri sendiri soalan-soalan berikut :

  1. Mengapa kita di sini?
  2. Untuk siapa amal yang kita lakukan?
  3. Apakah yang kita kehendaki dengan amal ini?

“Barangsiapa ynag berperang untuk meninggikan kalimat Allah, maka orang itu berada di jalan Allah.”

KEDUA, kita mestilah menunaikan tugas yang telah dibebankan kepada kita dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai ketidakpuasan terhadap posisi tertentu membuatkan kita malas menunaikan tugas dan kewajiban.

KETIGA, kita mesti membiasakan untuk menunjukkan keahlian dan memperkenalkannya dengan baik kepada pemimpin dan saudara-saudara kita di jalan ini. Tidak memendam dalam hati kita pendapat yang menurut kita mungkin bermanfaat, meskipun pendapat pimpinan berbeza.

KEEMPAT, terus terang kepada sesama saudara dan pimpinan tentang permasalahan yang ada kaitannya dengan dakwah. Garis lurus itu biasanya lebih dekat dengan kedua titik. Maka ketika kita mengeluarkan pandangan, garis itu menjadi lurus dan membuat kita tenang. Di samping itu, permasalahan menjadi jelas bagi semuanya.

Namun jika masalah itu dipendam, tentulah kegundahan kian membesar dan bercabang sehingga syaitan pun beraksi untuk membesarkannya lagi dengan godaan dan bisikannya dan akhirnya kita akan terbakar dari dalam lalu hal itu akan mengganggu keimanan dan kejiwaan kita.

KELIMA, sentiasa berharap kepada Allah melalui doa dalam solat, sujud dan waktu-waktu mulia agar dikurniakan amal soleh yang mendekatkan kita kepadaNya. Juga agar Allah menuntun kita untuk melakukan kebaikan, kebenaran dan merubah kita menjadi lebih baik dan agar kita diselamatkan dari fitnah kedudukan dan kepimpinan di mana kita tidak mampu menunaikannya.

PERJALANAN YANG HARUM SEMERBAK

Dalam kehidupan ini, setiap orang mempunyai kelompok dan jamaahnya sendiri manakala setiap kelompok mempunyai simbol dan syiarnya sendiri. Namun, setiap orang, jika tidak diikat dan dihimpun oleh ‘Al-Haq’, maka ia akan tercerai berai oleh kebatilan.

INDAHNYA KEBERSAMAAN DI JALAN DAKWAH

Boleh sahaja orang menganggap keterikatan kita di jalan ini membawa kerugian material untuk kita. Itu kerana mereka melihat, banyak tenaga yang kita sumbangkan untuk kepentingan perjuangan kita di jalan ini. Biarlah jika ada orang yang memandang kita sebagai orang yang tidak beruntung kerana meluangkan banyak rentang waktu untuk kepentingan orang lain, sementara diri kita sendiri nampaknya belum mantap. Tapi sebenarmya, melalui jalan inilah, kita justeru mendapatkan suatu kenikmatan yang tidak dapat dirasakan oleh orang lain.

KEWAJIBAN MEMANG LEBIH BANYAK DARI WAKTU

Kita mengerti, tanpa sasaran-sasaran seperti ini dan tanpa penilaian yang dilakukan bersama saudara-saudara kita di jalan ini, kita akan terbunuh oleh waktu luang yang kita miliki. Kita juga mengerti bahwa tanpa halangan kegiatan dakwah yang kita dapat di jalan ini, waktu-waktu hidup kita menjadi lebih mungkin terisi dan disibukkan oleh urusan-urusan yang bathil. Oleh kerana itulah jalan dakwah telah menolong kita.

Agenda di jalan dakwah begitu banyak mengisi hari-hari kita sehingga tidak sedikit para penempuh jalan ini yang merasakan kurangnya jumlah hari dalam satu minggu disebabkan banyaknya kegiatan yang akan mereka lakukan.

Di jalan dakwahlah kita lebih mengerti dan menghayati ungkapan Imam Hasan Al Banna rahimahulullah :

“Al waajibaat aktsaru minal awqaat” (Bahwa kewajiban itu lebih banyak berbanding waktu yang tersedia).

MEMETIK BUAH MANFAAT DARI KELEBIHAN SAUDARA KITA

Maka, di jalan inilah kita lebih tajam membaca variasi kelebihan-kelebihan itu. Di jalan ini, kita merasakan pantulan cermin dari keistimewaan itu, dan mencuba untuk menghayati sabda Rasulullah saw tentang pintu-pintu syurga.

SUASANA KESOLEHAN DARI SAUDARA YANG SOLEH

Pertemuan kita dengan mereka, ternyata membawa pengaruh ruhaniyah yang begitu hebat. Kita boleh merasakan pengeluaran tenaga ruhiyah yang besar ketika kita bertemu dan berinteraksi dengan mereka.

Kita merasakan adanya suasana batin yang baru yang mendorong dan memotivasi kita untuk lebih banyak melakukan amal-amal soleh. Perasaan itu, bahkan muncul tanpa mereka perlu memberikan nasihat dan tausiyahnya untuk kita kerana kita sudah biasa merasakan pengaruh aura kesolehan itu sejak kita melihat dan mendengar suara mereka.

Ini sebagaimana Yunus bin Ubaid yang mengakui kenikmatan yang besar ketika melihat Al Hasan Al Bashri rahimahullah.

Ia mengatakan :

“Seseorang bila melihat kepada Al Hasan Al Bashri, akan menerima manfaat dari dirinya, meskipun orang itu tidak melihat Al Hasan Al Bashri beramal dan tidak melihat ia mengeluarkan ucapan apapun.”

AMAL SOLEH TETAP PERLU DITAMPILKAN

PERTAMA, amal-amal soleh yang diperintahkan Allah swt tidak boleh terhalang kerana kekhuatiran terhadap riya’. Allah swt tetap memerintahkan amal soleh itu dilakukan dengan tetap berusaha untuk ikhlas ketika melakukannya.

KEDUA, prinsip yang dipegang para salafus soleh, adalah penilaian atas yang lahir, tidak menghukum yang tidak terlihat sepertimana perkataan Umar bin Al Khattab ra :

“Barangsiapa yang kami lihat ia melakukan kebaikan, maka ia akan kami sukai. Dan barang siapa yang kami lihat ia melakukan keburukan, kami benci. Meskipun ia mengatakan bahwa dibalik yang lahir itu adalah kebaikan.”

KETIGA, keraguan menampilkan dan melakukan amal-amal soleh kerana riya’ akan menambah tekanan bagi orang-orang yang melakukan amal soleh.

KEEMPAT, tuduhan dan anggapan bahwa kebaikan adalah riya’ adalah perilaku orang-orang munafiq.

MEMBINA ORANG LAIN ADALAH MEMBINA DIRI SENDIRI

Di sisi lain, ternyata interaksi kita dalam jalan dakwah dan usaha kita untuk mendidik dan membina para objek dakwah, mengharuskan diri kita untuk terus bercermin dan berhati-hati.

Kita tidak boleh ceroboh dan mudah merasa lemah kerana kita tahu dan semakin menyedari bahwa kejayaan dakwah sentiasa merupakan hasil dari adanya qudwah dalam pembentukan aktivis dakwah yang kita lakukan.

Pelajaran ini bukan hanya kita pelajari dari teori “An naas ‘alaa diini muluukihim” (manusia itu tergantung agama rajanya), tapi kita rasakan sendiri dalam aktiviti dakwah dan pembinaan. Maka dari sinilah kita memperolehi pelajaran besar dari keberadaan kita di jalan dakwah.

  1. Mendakwah orang lain pada dasarnya adalah mendakwahkan diri sendiri.
  2. Menasihati orang lain adalah pada dasarnya menasihati diri sendiri.
  3. Membina orang lain di jalan ini sama dengan membina diri sendiri.

BERFIKIRAN NEGATIF MELEMAHKAN DAN MENGHANCURKAN SEMANGAT

Kita berusaha membicarakan yang baik-baik tentang saudara-saudara kita dan berusaha mengurangkan pembicaraan tentang aspek negatif tentang saudara-saudara kita. Sebagaimana ribuan halaman dan ratusan jilid kitab para ulama’ yang menceritakan kehidupan para sahabat Rasulullah saw serta salafus soleh, yang sangat sedikit menceritakan sisi negatif kehidupan mereka, kecuali dalam konteks memberi ‘ibrah’ dan pelajaran berharga.

Para salafus soleh, sangat jarang membicarakan kekurangan sahabat dan orang-orang yang mereka kenali. Tentunya bukan kerana mereka adalah orang-orang suci yang tidak mempunyai catatan negatif, tapi seperti itulah kewujudan persaudaraan para salafus soleh dan disebabkan oleh sikap mereka itulah, yang memperkuatkan keyakinan kita serta mendorong semangat dakwah kita.

KETIKA MELEWATI JALAN MENDAKI

Begitulah, jalan dakwah ini mengajarkan bahwa sebaiknya kita melihat kepada diri kita terlebih dahulu, melakukan prasangka baik kepada orang lain, sampai jelas suatu kebenaran itu benar dan kesalahan itu kesalahan.

KESALAHAN ADALAH RISIKO SEBUAH AKTIVITI

Kesalahan yang besar justeru berlaku ketika seseorang pendakwah berundur dari aktiviti dakwah dan berdiam diri dengan alasan memelihara diri agar tidak menyeleweng dari ajaran Allah. Padahal sebenarnya, berundurnya ia dan diamnya adalah kesalahan dan penyelewengan dari ajaran Allah swt.

Tentu sahaja kekeliruan itu tetap kita hadapi secara benar. Dalam ertikata, kekeliruan seorang saudara mestilah diluruskan dengan adab dan cara-cara yang baik, dengan tujuan yang baik, metod yang baik, berobjektif dan dengan kelapangan dada di antara kita.

BERHENTI DARI DAKWAH, MUNGKINKAH???

Jika olahragawan boleh mengalami masa pencen kerana usianya yang tua dan kekuatan fizikalnya yang mulai lemah. Begitu juga seorang pegawai akhirnya menemui saat pencen kerana usianya telah melewati batas ketentuan umum sebagai seorang pegawai.

Tapi para pendakwah, tidak mengenal kamus pencen dan berhenti dari panggung dakwahnya. Kita dan saudara kita di jalan ini tidak mengetahui ada keadaan yang membolehkan kita berundur dari gelanggang dakwah kerana :

  1. Faktor usia.
  2. Kemampuan fizikal yang menurun.
  3. Fikiran yang sukar berfungsi secara maksima.
  4. Keadaan suasana luaran yang memaksa kita untuk berundur.

Ringkasnya, dalam keadaan apapun tidak akan menyebabkan kita ‘uzlah’ atau pergi meninggalkan jalan ini.

NASIHAT ADALAH TIANG PENYANGGA

Nasihat, kritikan, teguran, aspirasi, benar-benar kita perlukan di jalan ini. Walau siapapun kita, tidak pernah membayangkan perjalanan ini berlalu tanpa ada teguran, nasihat, kritikan, yang sampai kepada kita.

Sesungguhnya mendegarkan nasihat, teguran, mahupun kritikan itu adalah pahit tapi keberadaannya seperti seseorang memakan ubat yang tidak enak sedangkan manfaatnya adalah pelurusan dan keinsafan. Sesungguhnya hak yang wajib ditunaikan dari persaudaraan adalah bersungguh-sungguh menyampaikan nasihat dan saling melarang yang tidak baik untuk memelihara kebenaran di antara dua saudara.

Demikianlah, terpeliharanya persaudaraan kita justeru disokong oleh nasihat. Jika kita mengabaikan nasihat, persaudaraan kita justeru akan mudah hancur. Kita di jalan ini, mesti berusaha merasa lapang untuk menerima kritikan, masukan, nasihat dari sesama saudara sementara kita juga mesti mampu menyampaikan nasihat, kritikan, masukan dengan adab-adabnya untuk saudara-saudara kita.

KESEJUKAN YANG MERINGANKAN LANGKAH

Keletihan itu akan menjadi bebanan ketika kita merasakannya sebagai keletihan fizikal yang tidak diikuti oleh keyakinan ruhiyah. Maka sesungguhnya kesempitan di jalan ini, pasti menyimpan hikmah luar biasa yang akan tercurah dalam bentuk rahmat Allah swt.

SALING BERDOA DI ANTARA KESEPIAN

Jalan dakwah membawa kita tiba di sebuah komuniti doa. Perkumpulan orang-orang yang beriman yang saling mendoakan di mana kita mendoakan saudara-saudara kita, kemudian saudara-saudara kita pun mendoakan kita.

Inilah persekutuan doa yang luar biasa, kerana kita semua memerlukan doa dari siapapun, lebih-lebih lagi orang-orang yang beriman dan solehin.

Kita yakin dengan firman Allah swt :

“Dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang soleh dan menambah (pahala) kepada mereka dari kurniaNya.” (QS Asy Syu’ara : 26)

KEBERKESANAN MEMBACA SIRAH ORANG-ORANG SOLEH

Pengaruh ini sesungguhnya sukar dirasakan oleh mereka yang tidak berada di jalan dakwah. Di antara kita, ada yang sungguh-sungguh tenggelam dalam arus perjuangan mereka sehingga memotivasi kita secara kuat untuk terus berjalan dan meneruskan perjuangan di atas jalan dakwah ini.

Kita merasakan bahwa apa yang kita alami, adalah sebahagian dari mata rantai perjuangan yang juga mereka perjuangkan. Sejengkal demi sejengkal langkah kita seperti sebahagian dari perjalanan panjang para pejuang itu hingga menjadikan kita kuat dan bertahan untuk meneruskan perjalanan.

KESUKARAN YANG MENAMBAH KEKUATAN

Imam Hasan Al Banna menjelaskan tentang karakteristik pejuang dakwah adalah orang-orang yang tidak :

  1. Tidur sepenuh kelopak matanya.
  2. Makan seluas mulutnya.
  3. Tertawa selebar rahangnya.
  4. Menunaikan waktunya dalam senda gurau permainan yang sia-sia.

Jika itu yang berlaku, mustahil ia termasuk orang-orang yang menang atau orang-orang yang tercatat sebagai barisan mujahidin.

Aku dapat menggambarkan cirri-ciri seorang mujahid adalah orang yang :

  1. Telah menyiapkan perbekalan dan persiapannya.
  2. Sentiasa memikirkan terhadap dakwah yang ada di setiap sudut jiwanya dan memenuhi relung hatinya.
  3. Sentiasa dalam keadaan berfikir.
  4. Sangat memberi perhatian untuk berdiri di atas kaki yang siap sedia.
  5. Jika diseru ia menjawab atau jika dipanggil ia memenuhi panggilan.
  6. Langkahnya, ruhnya, bicaranya, kesungguhannya, permainannya sentiasa berada dalam ruang lingkup medan dakwah yang ia persiapkan dirinya untuk itu.

BANGGA DENGAN AMAL SOLEH

Mari kita perhatikan sabda Rasulullah saw yang memuji kehadiran orang-orang asing :

“Pada awalnya Islam datang sebagai sesuatu yang asing dan akan kembali menjadi sesuatu yang asing . Maka beruntunglah orang-orang yang asing (al ghuraba’). “ Para sahabat bertanya, “Siapakah orang-orang asing itu, wahai Rasulullah?” Ia menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang melakukan perbaikan ketika manusia berada di dalam kerosakan.” (HR Muslim)

Benarlah kata-kata nasihat Ustaz Mustafa Masyhur :

“Jika kamu ragu bekerja kerana gentar menghadapi kritikan, pasti kamu tidak akan mampu bekerja selama-lamanya. Tetapi kerjakanlah apa yang kamu yakini kebenarannya, jelas kegunaannya, diridhai oleh Rabbmu dan terpuji di kalangan para ulama’ yang ikhlas, meskipun kamu dibenci dan dimaki sepanjang hidupmu oleh para pendengki, tetapi di antara mereka pasti ada yang senang kepada kamu setelah kamu meninggal dunia.”

POTENSI BESAR YANG TERSINGKAP DI JALAN INI

Berapa banyak di antara kita yang sebelumnya merupakan peribadi yang tidak menghargai diri dan tidak mengenal potensi dirinya, tapi kemudian di jalan ini kita menemui perkembangan potensi diri yang sangat kita syukuri.

Kedekatan kepada Allah di jalan ini telah membuka saluran-saluran amal dan sumbangan kebaikan yang begitu banyak, lalu membuka kesempatan kita melakukan kebaikan apapun sesuai dengan potensi yang ada sementara kita tidak pernah membayangkan, apa akan jadi kepada kita jika kita tidak berada di jalan ini.

BERGERAK KERANA DIRI SENDIRI BUKAN ORANG LAIN

Kitalah yang telah memilih jalan dakwah ini sebagai tempat berpijak kaki kita. Sesebuah peribadi mungkin sahaja mempesonakan kita untuk lebih giat melakukan banyak sumbangan di jalan ini. Tapi bukan itu yang dominan dalam hati kita.

Sesebuah peribadi itu juga boleh melakukan kesalahan dan kesalahan itu juga tidak membuatkan kita tertahan atau meninggalkan jalan ini kerana kita telah memilih untuk melangkah di atas kaki kita sendiri, di atas pemahaman dan keyakinan dari lubuk hati kita sendiri. Ya, sekali lagi, kerana kita sendirilah yang telah memilih jalan ini.

KEPERLUAN BERISTIREHAT SEJENAK

Menempuh perjalanan dakwah meninggalkan pelajaran pada kita tentang keperluan jiwa untuk beristirehat dan tertawa, namun tetap pada bahagian dan batasan etikanya. Pertemuan kita dengan sesama saudara di jalan ini, hampir sentiasa diwarnai dengan senyum dan tawa.

Meskipun begitu, pembahasan yang memerlukan keseriusan berfikir dan ketegasan berpendapat, tidak terganggu oleh senyuman dan tawa kita. Kita merasakan, gurauan yang berkembang di antara kita mampu :

  1. Memberi tenaga baru yang mencerahkan jiwa dan fikiran.
  2. Berfungsi untuk menghilangkan kebekuan.
  3. Mencairkan hubungan.
  4. Mendekatkan kembali ikatan batin yang mungkin sahaja mulai ternoda oleh debu perjalanan.
  5. Memberikan kesejukan tersendiri dalam ruang kebersamaan kita di jalan ini.

Kita ingin senyum dan tawa dalam kebersamaan ini seperti yang dikatakan Ibnu Umar ra tentang sahabat Rasulullah saw ketika ia ditanya :

“Apakah para sahabat Rasulullah itu tertawa?”

Ibnu Umar menjawab :

“Ya, mereka tertawa, tapi keimanan dalam hati mereka laksana gunung yang kukuh.”

PERJALANAN INI TIDAK BOLEH BERHENTI

Setelah kesulitan melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar di samping menumpahkan segenap usaha dengan penuh kesabaran, kita mesti tetap bertahan dan meneruskan perjalanan ini.

Kita tidak boleh tergelincir akibat orang-orang yang tergelincir dari jalan ini.

Kita tidak boleh tertipu dengan kekuatan kebatilan, kerana kebenaran akan tetap wujud dan hidup. Jalan ini menunjukkan fakta kepada kita bahwa perjalanan bersama kebatilan hanya berlaku satu rentang masa sementara perjalanan bersama kebenaran itu akan berterusan hingga akhir masa.

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik. Akarnya teguh, dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka sentiasa ingat” (QS Ibrahim :25)

Ya Allah, tetapkanlah kaki kami di jalan dakwah yang penuh berkat ini kerana di sinilah kami sentiasa mendapatkan bekalan-bekalan yang bermanfaat untuk kami bawa menuju hadhratMu. Sesungguhnya jalan ini telah ditempuh oleh setiap para utusanMu dan mereka tetap teguh berdiri di atas jalan ini walaupun seruan mereka tidak diterima oleh kaum mereka namun inilah jalan keimanan, jalan persaudaraan, jalan kenikmatan jiwa, jalan turunnya rahmat dan keberkatan dariMu.

Ameen Ya Rabbal Alameen

WAS

http://ikramkemaman.wordpress.com/2010/10/26/pelajaran-di-jalan-dakwah/#more-34

No comments:

Post a Comment